Azan berkumandang, aku
pun terbangun dari tidurku yang lelap, dan berjalan menuju kamar mandi untuk
berwudhu’ lalu shalat. Setelah itu sayapun keluar dan duduk sejenak diteras
rumah , matahari tersenyum cerah seakan dia mengetahui betapa bahagia nya aku
karna hari ini adalah hari pertama menjalankan praktek klinik di salah satu
rumah sakit yang ada di kota Banda Aceh. Saya sangat bahagia karna ini adalah
pengalaman pertama dalam hidupku.
Jam pun menunjukan
pukul 7.30 WIB, saya pun bergegas langsung menuju rumah sakit tempat saya
menjalankan praktek klinik. Stelah tiba saya dan teman-temanku mengikuti apel
dan diberi sedikit arahan. Kami akan belajar
disini selama 3 minggu, dan selama 3 minggu tersebut saya dan
teman-teman satu tim ku kena diruang rawat inap. Minggu pertama dan kedua ku
saat sedang praktek klinik kujalani dengan lancer. Teteapi di minggu ketiga saya
mengalami sedikit masalah.
Saat itu, saya,
amalina, arman dapat shiff pagi. Lalu saya, arman, amalina, serta di damping oleh
seorang kakak perawat (kak N) akan memberikan obat kepada seorang pasien di
kamar 1. Saat saya sedang melsayakan injeksi bolus, tiba-tiba seorang kakak
perawat (kak C) datang ke kamar 1 dan memanggil saya. Setelah selesai melasanakan
tugas saya, saya pun menemui kak N di depan kamar 1. Kak N yang berdiri dengan
memegang sebuah status itu meminta saya untuk membawa pasien dikamar 2 keruang
radiologi untuk foto thorak, “dek, tolong kamu antar pasien dikamar 2 ni ke
ruang radiologi.” Sambil memberikan status yang dipegangnya kepada saya.
Kemudian saya langsung mengambil kursi roda dan menemui pasien dikamar 2, karna
melihat di status tersebut bernama Yahya, saya pun bertanya kepada pasien untuk
lebih memastikan “pak yahya ?” Tanya ku singkat. Pasien tersebut mengangguk dan
langsung naik ke kursi roda yang saya bawa. Saya langsung mendorong pasien ke
ruang radiologi, tidak lama kemudian setelah selesai foto thorak, saya
mengantar kembali pasien ke kamarnya. Saat melewati ruang perawat saya terkejut
karna kak C berteriak pada saya “dek !! kenapa kamu bawa pasien itu !”. Saya
hanya diam dan tetap mendorong pasien ke kamar nya. Ternyata dibelakang saya
kak C mengikuti saya hingga ke kamar 2. Dan saat saya sedang membantu pasien
kembali ke tempat tidurnya, kak C memarahi saya, dan terus mengomeli saya di depan
keluarga pasien.
Tak lama kemudian CI
(Clinical Instructor) saya memanggil saya ke ruang perawat. “kamu apa tidak
mengenal pasien ? apa kamu tidak bisa membaca status pasien ? apa kamu tahu
kalau dia itu pasien civil ! kenapa kamu bisa seceroboh ini ?” Tanya CI dengan
nada yang keras dan membentak. Lalu saya menjawab “maaf bu, tadi kak C ini
memanggil saya saat saya sedang melakukan injeksi bolus pada pasien dikamar 1, dan
dia meminta saya membawakan pasien dikamar 2 ke ruangan radiologi. Saya sudah
bertnya pada pasien di kamar 2 ‘pak yahya ?’ pasien itu mengangguk dan langsung
naik ke kursi roda yang saya bawa bu”. Kak N yang tadinya sedang mendampingi
kami di kamar 1 pun membenarkan kata-kata saya dan mengatakan kepada CI “iya
bu, tadi kak C ini menunjukan pasien yang dikamar 2”. Lantas kak C pun langsung
membantah dan mengatakan “tapi saya sudah memberikan status ke kamu !”. sempat
terjadi sedikit perdebatan. Kemudian CI pun menghentikan perdebatan itu “udah
cukup. Saya minta kamu adik siswa, tolong kamu kenali seluruh pasien diruang
ini, kamu itu seharus nya sudah mengenal pasien-pasien disini dan tidak akan
salah”. Saya hanya menundukan kepala tapi dalam hati saya, saya sangat kecewa
dengan sikap kak C dan CI saya, karna menurut saya CI tersebut terlalu membela
pegawai nya, dan sama sekali tidak berlaku adil. Semua kesalahan diberatkan ke
saya. padahal Kak C itu adalah pegawai asli di rumah sakit tersebut, tapi dia
bisa salah menunjukan pasien kepada saya, apa itu jauh lebih baik dari pada
saya ? seharus nya dia lebih mengenal pasien-pasien diruang tersebut disbanding
saya karna dia pegawai asli sedangkan saya hanya mahasiswa dan baru 2 hari
diruang itu. Dan seharusnya juga kak C yang merupakan perawat diruangan itu terus
mendampingi kami para mahasiswa yang sedang belajar, walau itu sekedar
mengantar kan pasien.
Keesokan harinya saat saya baru saja tiba, belumpun saya meletakan tas saya CI sudah negur saya “sudah kamu kenali pasien.? Kamu ini wajah seperti tidak merasa bersalah. Wajah kamu itu sama sekali tidak ada ekspresi !” saya pun hanya tersenyum dan diam. Saya berharap suasana tidak akan menjadi semakin keruh. Kejadian ini adalah pengalaman yang tak terlupakan. Dan menjadi pembelajaran tersendiri bagi saya. saya berharap kedepannya para perawat bisa lebih profesional dan bertanggung jawab terhadap mahasiswa yang sedang menjalankan praktek klinik. saya juga berharap siapapun yang menjadi CI di rumah sakit saaat sedang ada mahasiswa praktek bisa lebih berlaku adil dan tidak membeda-bedakan. yang salah tetaplah salah, yang benar tetaplah benar.
No comments:
Post a Comment