A. Pengertian
Peusijuek
Peusijuek
(bahasa Aceh) atau
menepung tawari adalah salah satu tradisi masyarakat Aceh yang masih
dilestarikan sampai sekarang. Peusijuek
dikenal sebagai bagian dari adat masyarakat Aceh. Peusijuek secara bahasa berasal dari
kata sijuek (bahasa Aceh yang
berarti dingin), kemudian ditambah awalan peu (membuat sesuatu menjadi), berarti menjadikan sesuatu agar
dingin, atau mendinginkan. Peusijuek adalah
prosesi adat yang dilakukan pada kegiatan-kegiatan tertentu dalam kehidupan
masyarakat Aceh, seperti peusijuek pada
upacara perkawinan, upacara tinggal di rumah baru, upacara hendak merantau,
pergi/naik haji, peusijuek keureubeuen
(kurban), peusijuek peremuan
diceraikan suami, peusijuek orang
terkejut dari sesuatu yang luar biasa (harimau, terjatuh dari pohon, kena
tabrakan kendaraan yang mengucurkan darah berat), perkelahian, permusuhan,
sehingga didamaikan.
Di samping itu peusijuek juga dilakukan oleh anggota
masyarakat terhadap seseorang yang memperoleh keberuntungan, misalnya berhasil
lulus sarjana, memperoleh kedudukan tinggi dalam pemerintahan dan masyarakat,
memperoleh penghargaan anugerah bintang penghargaan tertinggi, peusijuek kendaraan baru, dan peusijuek-peusijuek lainnya.
B. Sejarah
Peusijuek
Membicarakan sejarah peusijuek tidak terlepas dari sejarah
Islamisasi Aceh. Islam masuk ke Aceh secara damai dibawa oleh para pedagang
dari Arab sekitar abad ke-7 M. Para sejarawan sepakat bahwa Islam masuk ke Aceh
secara damai, bukan dengan pedang atau penaklukan. Sehingga proses islamisasi
di Aceh membutuhkan waktu yang panjang, menuju kesempurnaan ajaran Islam dalam
masyarakat. Menurut sebagian sejarawan, islamisasi sudah mencapai kesempurnaan
baru sejak masa Iskandar Muda, terutama masa Nuruddin ar Raniry, sebagian yang
lain juga berpendapat bahwa islamisasi baru mencapai kesempurnaan jauh sebelum
masa Sulthan Iskandar Muda, yaitu pada masa kerajaan Pasee, samudra Pasai.
Sebagian kebiasaan atau adat
masyarakat Aceh yang dianggap tidak bertentangan dengan Islam masih
dilestarikan dan diperbolehkan oleh para ulama pada zaman awal Islam di Aceh.
Sebagian praktik-praktik animisme dan ajaran Hindu juga masih diizinkan untuk
dipraktikkan dengan mengubah ritual-ritual tersebut sesuai dengan ajaran Islam.
Ini merupakan bukti bahwa Islam
masuk ke Aceh dan Indonesia pada umumnya secara damai, bukan dengan pedang. Ini
juga membuktikan bahwa ajaran Islam sangat elastis dan dapat membaur dengan
berbagai peradaban dan budaya di dunia. Oleh karena itu tidak mengherankan bila
kita mendapatkan adanya sebutan Islam Maroko, Islam Jawa, dan lain-lain, karena
memang Islam dapat menerima dan menghargai budaya dan peradaban manusia
dimanapun, sesuai dengan misinya Islam rahmatan lil „alamin. Islam di Indonesia
bukan semata replika dari Islam Timur Tengah atau Asia Selatan, lebih dari itu
ia merupakan tradisi intelektual dan spritual dari dunia muslim yang paling
dinamis dan kreatif. Berdasarkan penelitiannya di Yogyakarta, peneliti Amerika,
Woodword menilai bahwa Islam di Jawa pada dasarnya juga Islam bukan Hindu atau
Hindu-Budha, sebagaimana dituduhkan kalangan muslim puritan dan banyak
sejarawan antropolog (kolonial), Islam Jawa bukan merupakan penyimpangan dari
Islam. Kemungkinan hal ini juga terjadi di wilayah-wilayah lain di Indonesia
seperti Aceh. Sehingga tesis Woodword ini berlaku untuk beberapa wilayah di
Indonesia yang masih mempertahankan tradisi Islam.
Peusijuek
merupakan salah satu
tradisi adat masyarakat Aceh yang telah berasimilasi dengan ajaran Islam,
sehingga masih dipertahankan sampai saat ini. Di antara unsur yang telah diubah
adalah mantra-mantra yang digunakan dalam prosesi peusijuek telah diganti dengan doa-doa yang berbahasa Arab. Pada
masa Sultan Alaudin Riayat Syah, beliau mengundang 70 orang ulama besar
terkemuka untuk menyusun qanun Syara‟ al asyi guna menjadi pedoman dan
pegangan bagi kalangan kerajaan, tentang kedudukan adat dalam syariat, di sinilah
terjadi perubahan mantra-mantra menjadi doa-doa dalam peusijuek.
Perjalanan panjang peusijuek ini diwarnai berbagai
hambatan, kaum reformis melalui organisasi PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh)
pada tahun 1939, yang dibentuk oleh Abu Daud Beureueh mengeluarkan maklumat
yang berisikan ajakan kepada umat Islam di Aceh untuk meninggalkan
amalan-amalan yang dianggap syirik dan tidak ada dasarnya dalam al Quran dan
Hadist. Perselisihan ini terus berlanjut antar kaum reformis dan tradisionalis.
Hingga pada tahun 1965, melalui sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pada
saat itu, yaitu MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama), dikeluarkanlah suatu fatwa
tentang larangan membahas masalah-masalah khilafiah (perbedaan pendapat) di
tempat-tempat umum, di khotbah-khotbah, serta memberikan kebebasan menjalani
pemahaman agama menurut keyakinan masing-masing.
Sampai sekarang, peusijuek masih terus bertahan dan
dilestarikan keberadaannya oleh masyarakat Aceh, sebagai sebuah budaya Islam. Peusijuek masih dilakukan baik oleh
perorangan maupun kelompok.
C. Filosofi
Peusijuek
Pada tingkat masyarakat biasa, peusijuek hanya merupakan kegiatan
rutinitas adat biasa walau diyakini mesti dilaksakan. Kebanyakan masyarakat
tidak memahami isi atau makna dari prosesi peusijuek tersebut. Biasanya prosesi peusijuek dilakukan oleh orang yang sudah tua atau dipandang
memiliki kelebihan dalam masyarakat, sepert seorang Tengku (ustadz), atau Umi
Chik. (Ustadzah), wanita yang sudah tua yang menguasai ilmu agama).
Hanya orang-orang yang melakukan peusijuek
tersebut biasanya yang memahami tujuan dan doa-doa yang dibacakan pada peusijuek. Tidak ada pengkaderan
orang yang melakukan peusijuek tersebut,
dan semakin hari semakin sulit dicari orang yang paham betul cara peusijuek dan mengetahui makna-makna
simbolis dari peusijuek.
Terdapat tiga unsur penting dari peusijuek, antara lain :
1.
Bahan-bahan
yang digunakan yaitu :
a)
Dedaunan
dan rerumputan, melambangkan keharmonisan, keindahan, dan kerukunan dan diikat
menjadi satu sebagai lambang dari kekuatan.
b)
beras
dan padi, melambangkan kesuburan kemakmuran, dan semangat.
c)
air
dan tepung melambangkan kesabaran dan ketenangan.
d)
nasi
ketan, sebagai pelekat, lambang persaudaraan
2.
Gerakan
saat prosesi peusijuek
Gerakan-gerakan pada saat prosesi
peusijuek sangat unik,
gerakan-gerakan ini hampir menyerupai gerakan pada saat pemujaan-pemujaan dalam
agama Hindu. Tetapi, gerakan ini terjadi hanya mengikuti arah memercikkan air
dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri dan sesekali disilang. Banyak para Tengku berpendapat bahwa adanya
kesamaan ritual peusijuek dengan
praktik pemujaan dalam agama Hindu bukan berarti bahwa peusijuek tersebut adalah ritual agama Hindu. Karena ritual itu
sendiri sangat berbeda baik dari segi tujuan, cara, dan isi dari peusijuek tersebut.
3.
Do’a
yang dibacakan dan teumuntuek
Doa-doa yang dibacakan pada saat peusijuek merupakan doa-doa
keselamatan, baik dalam Bahasa Arab maupun berbahasa Aceh. Doa-doa biasanya
disesuaikan dengan momen dari peusijuek.
Doa-doa tersebut meminta keselamatan, kedamaian dan kemudahan rizki dari Allah.
Teumetuek
(pemeberian uang)
dilakukan setelah semua prosesi peusijuek.
biasanya yang melakukan peusijuek memberikan
amplop berisi uang, dan diikuti kerabat-kerabat juga memberikan uang kepada
yang dipeusijuek. Ini biasanya
terjadi pada peusijuek perkawinan,
calon jamaah haji dan khitanan.
D. Tata
Cara dan Perlengkapan Peusijuek
Tata cara pelaksanaan peusijuek
dilakukan dengan urutan, pertama menaburkan beras padi (breuh padee),
kedua, menaburkan air tepung tawar, ketiga menyunting nasi ketan (bu leukat)
pada telinga sebelah kanan dan terakhir adalah pemberian uang (teumutuek).
Tara cara ini umumnya hampir sama dalam setiap prosesi peusijuek, tetapi
juga kadang-kadang terdapat beberapa perbedaan menurut kegiatan yang diadakan peusijuek
tersebut.
Perlengkapan peusijuek antara
lain :
1.
Dalong
Pada masyarakat Aceh,
dalong mengandung makna bahwa mempelai yang dilepaskan akan tetap masih bersatu
dalam lingkungan keluarga yang ditinggalkannya. Karena dalong merupakan satu
wadah yang diisi dengan bermacam-macam alat peusijuek sehingga dianggap
memiliki kebersamaan yang kuat yang tidak dapat dipisahkan.
2.
Bu
leukat
Warnanya kuning
ataupun putih. Makna dari ketan ini adalah mengandung zat perekat, sehingga
jiwa raga yang di peusijuek tetap berada dalam lingkungan keluarga atau
kelompok masyarakatnya. Warna kuning dari ketan merupakan lambang kejayaan dan
kemakmuran, sedangkan warna putih melambangkan suci dan bersih. Maksudnya
supaya yang di peusijuek dapat memberi manfaat yang lebih baik bagi orang lain
dan yang di peusijuek dalam ketentraman menuju jalan yang benar.
3.
U
mirah
Makna dari U mirah
adalah sebagai pelengkap dalam kehidupan dan memberikan perpaduan yang manis.
4.
Breueh
pade
maknanya adalah sifat
padi itu semakin berisi makin merunduk, maka diharapkan bagi yang di peusijuek
supaya tidak sombong bila mendapat keberhasilan dan peranan beras ialah sebagai
makanan pokok masyarakat.
5.
Teupong
taweu ngon ie
Makna dari pada
teupong taweue dan air adalah untuk mendinginkan dan membersihkan yang di
peusijuek supaya tidak akan terjadi hal-hal yang di larang oleh agama melainkan
mengikuti apa yang telah ditunjukkan yang benar oleh agama.
6.
On
sisikuek, manek manoe dan naleueng sambo
Ketiga jenis
perangkat ini di ikat dengan kokoh menjadi satu, yang peranannya sebagai alat
untuk memercikkan air tepung tawar. Makna tali pengikat dari semua perangkat
tersebut untuk mempersatukan yang di peusijuek sehingga dapat bersahabat dengan
siapapun dan selalu terjalin hubungan yang harmonis dan terbina. Sedangkan dari
masing-masing perangkat dedaunan merupakan obat penawar dalam menjalankan
bahtera kehidupan seperti mengambil keputusan dengan bermusyawarah dan
berkepala dingin, bertanggung jawab dengan sepenuhnya dan dapat menjalin
hubungan yang erat dengan siapapun.
7.
Glok
Peranannya sebagai
tempat mengisikan tepung tawar yang sudah dicampur dengan air dan yang satu
lagi digunakan sebagai tempat mengisi beras dan padi. Maknanya adalah jika yang
di peusijuek tersebut melakukan aktivitas sebaiknya hasil yang didapatkan
disimpan dengan sebaik-baiknya.
8.
Sangee
Berperan untuk
menutup perlengkapan alat-alat tepung tawar. Maknanya untuk mengharap
perlindungan supaya yang di peusijuek mendapat lindungan dari Allah SWT.
E. Macam-macam
Peusijuek
1.
Peusijuek
Meulangga
Apabila terjadi
perselisihan di antara penduduk, misalnya antara A dan B ataupun antara
penduduk gampong (desa) A
dengan penduduk gampong B serta perselisihan ini mengakibatkan keluar darah,
maka setelah diadakan perdamaian dilakukan pula peusijuek. Peusijuek ini sering
disebut dengan peusijuek meulangga. Pada upacara itu juga sering diberikan
uang, yang disebut sayam (uang damai) yang jumlahnya menurut
kesepakatan. Apabila perselisihan terjadi seperti tersebut di atas, tetapi
tidak mengeluarkan darah, misalnya perkelahian, perdamaian dan upacara
peusijuek dilakukan juga, tetapi tidak diberikan uang.
Pada peusijuek Meulangga alat-alat yang dibutuhkan seperti dalong,
bu leukat, teumpo / u mirah, breueh pade, on sisijeuk, on manoe, naleueng sambo (ketiga-tiga diikat menjadi satu), teupong
taweue, glok / cuerana, sangee dan ija puteh. (jika mengeluarkan darah).
Biasanya apabila mencapai kesepakatan damai antara kedua belah pihak, ikatan
keluarga yang terjadi perselisihan akan menjadi kuat bahkan telah dianggap
sebagai sanak saudara.
2.
Peusijuek
Pade Bijeh
Acara peusijuek
pade bijeh ini dilakukan
oleh petani terhadap padi yang akan dijadikan benih (bibit) sebelum penyemaian
di sawah. Tujuan daripada peusijuek ini mengandung harapan agar bibit yang akan
ditanam mendapat rakhmat Allah SWT, subur dan berbuah banyak.
Perangkat alat dan
bahan yang digunakan dalam upacara peusijuek ini adalah : on gaca, bak pineung, on kunyet, on nilam,
on birah, naleueng sambo, sira, saka, boh kuyuen dan minyeuk ata.
Peranannya adalah sebagai berikut : On gaca (daun
pacar), sifatnya tahan panas dan tahan dari segala penyakit, sedangkan maknanya
adalah agar benih padi yang akan ditanami kuat dan tahan dari segala gangguan
hama, seperti halnya daun pacara tersebut. Bak pineueng (pohon pinang), sifat asalnya tumbuh
tegak dan kuat. Maknanya ialah agar benih padi tersebut akan tumbuh tegak dan
kuat seperti halnya pohon pinang. On
kunyet (daun kunyit),
sifat asalnya tahan dari penyakit. Warnanya kuning dan buahnya bersih, maknanya
ialah agar benih padi tersebut tahan dari segala serangan penyakit dan tumbuh
subur seperti kunyit. On nilam (daun nilam), sifat asalnya apabila
dibuat minyaknya harum sehingga orang banyak yang senang. Maknanya ialah agar
padi tersebut memiliki bentuk daun nilam, buah padinya tumbuh subur. On birah (daun keladi), daunnya yang berwarna
hijau dan tahan hujan, maknanya agar benih padi yang akan ditanam menjadi
seperti daun keladi tersebut dan tahan dari gangguan hama. On naleueng sambo (daun rumput panjang), sifatnya kokoh
dan teguh, akarnya kuat, sehingga tahan dari segala penyakit. Maknanya agar
benih padi tersebut memiliki daya tahan dari gangguan serangan penyakit. Sira (garam). Sifat sira adalah asin dan
dapat menghancurkan bibit penyakit. Maknanya adalah agar benih padi yang
disemai memiliki sifat seperti garam, yaitu dapat menghancurkan penyakit yang
hinggap pada padi, sehingga tumbuh dengan subur. Saka (gula). Sifat
saka adalah manis. Maknanya adalah agar padi yang akan disemai dapat memberikan
manfaat bagi orang yang menyemainya. Boh
kuyuen (jeruk
nipis) ; minyeuk ata (minyak wangi) dicampurkan dengan air
putih sehingga menjadi harum. Maknanya ialah benih padi itu diibaratkan sebagai
bayi yang baru lahir, memerlukan wangi-wangian. Orang-orang yang menciumnya
akan merasa senang dan segar. Demikian juga halnya dengan benih padi yang
diperlakukan seperti bayi, supaya tumbuh subur dan banyak orang yang senang
melihatnya. Asap keumeunyan (kemenyan), dibakar ketika padi
menjelang direndam. Maknanya adalah agar padi dapat hidup dengan leluasa dan
sempurna serta cepat berbuah.
Peusijuk menggunakan
beberapa bahan yang memiliki makna tersendiri dalam adat peusijuk tersebut,
seperti :
a)
Campuran air dan tepung tawar yang bertujuan agar sesuatu yang
terkena percikan air tersebut tetap dalam kesabaran dan ketenangan. Seperti air
campuran tersebut yang terus terasa dingin.
b)
Beras dan padi yang bertujuan agar dapat subur, makmur, semangat.
Seperti taburan beras padi yang begitu semarak berjatuhan.
c)
Dedaunan yang dipakai untuk peusijuk, yaitu on manek, manou dan
naleung sambo yang bertujuan melambangkan suatu ikatan yang terwujud dalam
kesatuan hidup bermasyarakat. Seperti beberapa jenis dedaunan yang berbeda yang
bersatu dalam suatu ikatan.
d)
Ketan yang bermakna sebagai lambang persaudaraan. Seperti halnya
ketan yang selalu melekat dengan bahan lainnya.
3.
Peusijuek
Tempat Tinggai
Setiap orang yang
mendiami rumah baru, kebiasaannya dilakukan upacara peusijuek. Pelaksanaannya
oleh beberapa orang terdiri dari tiga, lima orang dan seterusnya dalam jumlah
ganjil. Upacara ini dimaksudkan untuk mengambil berkah agar yang tinggal di
tempat ini mendapat ridha Allah mudah rezeki dan selalu dalam keadaan sehat
wal'afiat. Pada upacara ini alat-alat yang digunakan adalah ; dalong,
bu leukat, tumpo / u mirah, breueh pade, on sisijuek, on manek manoe, naleueng
sambo(ketiga yang terakhir di ikat menjadi satu), glok
dan sangee.
4.
Peusijuek
Peudong Rumoh
Rumah adalah salah
satu kebutuhan pokok manusia. Oleh karena itu, kegiatan membangun rumah selalu
dipilih pada hari baik. Demikian juga dalam memilih bahan-bahan rumah yang
dianggap baik. Selanjutnya, membangun rumah atau sering disebut peudong rumoh
diawali dengan upacara peusijuek. Yang di peusijuek biasanya adalah tameh
(tiang) raja, dan tameh putroe serta tukang yang mengerjakannya (utoh) agar ia diberkati oleh Allah
SWT. Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk upacara peusijuek ini
adalah : dalong, bu leukat, breueh pade, teupong
taweue, on sisijuek, on manek manoe, naleueng sambo, ija puteh dan ija mirah,
glok dan sangge.
5.
Peusijuek
Keurebeuen
Bagi orang Islam yang
mampu, sering memberikan kurban pada hari raya sesuai dengan hukum agama.
Seekor hewan kecil (kambing atau domba) cukup untuk korban bagi seorang,
sedangkan tujuh orang secara bersama-sama memberi korban seekor hewan besar
(sapi). Perangkat yang digunakan dalam upacara peusijuek ini adalah sebagai
berikut : dalong, boh manok meuntah, teupong taweue, breueh pade, on
sisijuek, on manek manoe, naleueng sambo, minyeuk ata, suereuma, baja,
ceureuemen, sugot, sikin cuko, gincu (lipstik), boh kayee (buah-buahan), tirai
peunahan matahari, dan ija puteh (kain putih). Semua bahan, termasuk alat-alat
adalah untuk merapikan tubuh domba oleh penyembelih (jagal) dipakai menurut
kegunaannya masing-masing.
Menurut keyakinan
masyarakat Aceh, bahan-bahan tambahan yang dipersiapkan untuk peusijuek
tersebut seperti minyeuk ata, suereuma, baja, ceureuemen,
sugot, sikin cuko, gincu, boh kayee, tirai
peunahan matahari, dan ija puteh. Mempunyai makna dan fungsi di hari akhirat
kelak. Di mana hewan yang diperuntukkan untuk korban tadi nantinya akan menjadi
kenderaan di hari akhirat kelak dan fungsi dari bahan-bahan tersebut sebagai
hiasan kenderaan.
6.
Peusijuek
Kendaraan
Apabila seorang yang
baru memiliki kendaraan ataupun angkutan lainnya, maka diadakan peusijuek. Hal
ini dimaksudkan supaya kendaraan yang dipakai akan terhindar dari kecelakaan.
Yang melaksanakannya satu orang atau pun tiga orang.
7.
Peusijuek
Khitanan dan Orang Sakit
Peusijuek
khitanan dilakukan terhadap anak yang akan dikhitan. Tujuannya mengharap dari
Allah SWT agar proses khitanan bagi si anak berjalan lancar dan si anak cepat
sembuh setelah dikhitan. Pada peusijuek ini, biasanya saudara-saudara si anak
akan datang memberi semangat, kepadanya juga akan diberikan sejumlah uang dari
oraang-orang yang datang menjenguknya pada saat peusijuek. Tujuannya agar si
anak merasa bahagia dan tidak takut ketika dikhitan.
Begitu
juga dengan peusijuek orang yang baru sembuh dari sakit, atau baru pulih dari
kecelakaan dilakukan untuk mengembalikan semangat (puwoe roh) si sakit yang
baru sembuh. Biasanya dilakukan terhadap orang-orang yang baru sembuh dari
penyakit kronis atau kecelakaan berat.
Peusijuek
ini dilakukan berulang-ulang secara bergiliran oleh sanak saudara si sakit yang
baru sembuh. Umpamanya, peusijuek kalimpertama dilakukan oleh keluarga pihak
perempuan, esoknya dilakukan oleh keluarga pihak pria, dan hari hari seterusnya
oleh pihak keluarga lainnya. Orang yang datang pada peusijuek ini juga
membawakan uang sebagai sedekah bagi orang yang dipeusijuek.
8.
Peusijuek
Orang Naik Haji
Peusijuk
orang naik haji ada yang dilakukan oleh saudara atau masyarakat kampung bila
ada warga kampungnya yang akan naik haji. Tujuannya mendoakan agar orang yang
akan naik haji tersebut bisa melaksanakan ibadah haji dengan sempurna. Prosesi
acara peusijuek juga sama dengan peusijuek-peusijuek lainnya.
Beragam prosesi
peusijuk ini masih dilakukan oleh masyarakat Aceh hingga sekarang, dengan
tujuan mengharap keberkatan dari apa yang dipeusijuk. Sebuah kearifan yang
patut untuk dipertahankan sebagai warisan bagi generasi yang akan datang.
The Star Casino Site | Choegocasino.com
ReplyDeleteWith choegocasino over 50000 games to choose from, Choegocasino.com features the best slots games from the 샌즈카지노 best 메리트 카지노 쿠폰 developers. Sign up now!